Studen Job Indonesia Dorong Mendiknas Usung Wajib Belajar 19tahun

¤
Awal Agustus 1945, Kaisar Hirohito mencermati transkrip Proposal Potsdam yang ditujukan pada Kekaisaran yang disadur oleh NHK stasiun siar Jepang yang berisi : 
  • Telah tiba waktunya bagi Jepang untuk memutuskan apakah akan membiarkan dirinya dikendalikan oleh penasihat-penasihat militernya yang mengikuti keinginannya sendiri dan dengan perhitungan-perhitungan yang tidak realistis, yang telah membawa KEKAISARAN Jepang ke ambang kemusnahan, ataukah ia akan memilih jalan yang berdasarkan akal yang sehat. Berikut ini adalah syarat syarat kami. Kami tidak akan menyimpang dari syarat-syarat itu. Tidak pula ada pilihan lain. Kami tidak akan menerima penguluran waktu. Kekuasaan dan pengaruh dari mereka yang menyesatkan rakyat Jepang untuk berusaha menaklukkan dunia harus dilenyapkan selama-lamanya, karena kami berkeyakinan bahwa orde-baru yang cinta damai, aman dan berkeadilan tidak mungkin terbentuk tanpa militerisme yang tidak bertanggungjawab tidak dilenyapkan dari muka bumi. Kami tidak bermaksud memperbudak bangsa Jepang atau memusnahkannya sebagai bangsa, tetapi semua penjahat perang harus diadili secara keras, termasuk mereka yang melakukan kekejaman terhadap para tawanan.  Pemerintah Jepang harus menghilangkan halangan bagi bangunnya kebebasan dan demokrasi dan harus memperkuatnya di antara rakyat Jepang. Kebebasan untuk mengemukakan pendapat, beragama dan berfikir harus ditegakkan seperti halnya penghormatan atas hak-hak asasi manusia. Kami menghimbau pemerintah Jepang untuk sekarang juga menyatakan bahwa semua angkatan bersenjatanya menyerah tanpa syarat. Pilihan lain bagi Jepang berarti kerusakan total dalam waktu segera. (sumber, wikipedia) 
¤ Sebelumnya, Potsdam, 26 Juli 1945, usai German menyerah tanpa syarat (7 Mei 1945), para pemimpin Sekutu bertemu di Potsdam, German (mulai 17 Juli 1945) untuk merumuskan penyelesaian total Perang Dunia II. Pada 26 Juli 1945, disiarkanlah Proposal Potsdam hasil pertemuan Presiden AS, H.S. Truman, Perdana Menteri UK, W.L. Churcill dan Pemimpin Uni Soviet, Stalin. Setelah berunding berhari-hari, para pemimpin itu tiba pada kesimpulan bahwa Jepang harus diberi kesempatan untuk mengakhiri perang Asia Timur Raya dengan menyerah tanpa syarat kepada Sekutu sebagaimana German!
¤
Sayangnya, beberapa hari kemudian PM Jepang Kantaro Suzuki menjawab Proposal Potsdam dengan kata yang bersifat ambigu, "mokusatsu" (yang berarti mengendapkan/mendiamkan dahulu namun juga memiliki arti barang yang tidak berharga). Sialnya, ketika kata "mokusatsu" diterjemahkan oleh seorang ahli bahasa dihadapan Presiden Amerika Serikat Harry S. Truman, "mokusatsu" diterjemahkan sebagai barang yang tidak berharga. Presiden Truman akhirnya berkesimpulan bahwa Jepang tidak berniat menghentikan peperangan dan perlu dihentikan dengan menggunakan bom Atom.
¤
6 Agustus 1945 kota Nagasaki hancur luluh lantak, bom Atom telah dijatuhkan. 9 Agustus 1945 giliran kota Hiroshima mengalami nasib serupa. Bersamaan dengan itu, negeri besar dari Utara Jepang, Uni Sovyet menyatakan dimulainya kampanye perang total melawan Jepang dengan menyerbu daratan Manchuria. 10 Agustus 1945, Dewan Tinggi Militer menghadap Hirohito setelah gagal mencapai mufakat menyerah atau terus berperang sampai tetes darah putera Jepang terakhir. Sekali lagi, transkrip Proposal Potsdam ada di tangan Hirohito.
¤
Sebagai seorang yang pernah dijejali pendidikan khusus bagi keluarga istana sejak berusia 7 tahun, Hirohito tahu, untuk menyerah dan menjalani keseluruhan isi proposal yang telah dicermatinya berhari-hari, Jepang perlu mereformasi PENDIDIKAN! Jepang harus menghapus budaya ultra nasionalis, sejarah kepahlawanan perang dan semangat Bushido yang merusak bangsa-bangsa sekitar. Sebaliknya Jepang wajib mengembangkan nilai-nilai baru seperti, demokrasi, hak asasi manusia, kebebasan berpendapat, kebebasan berpikir dan kebebasan beragama. Dan sekaligus juga, untuk membangun kembali Jepang dari puing-puing kehancuran, diperlukan banyak tenaga guru. Membangun Bangsa Jepang yang baru, mustahil tanpa melibatkan peran guru dalam pendidikan bangsa!     
¤
Di hadapan anak buahnya, Hirohito bertanya , "Masih adakah guru-guru di Jepang untuk melaksanakan reformasi total pendidikan dan membangun Jepang yang baru?" Ketika didapatinya jawaban bahwa masih banyak guru-guru tersebar di Jepang, Hirohito akhirnya memutuskan, "Meneruskan peperangan hanya akan menambah kesengsaraan rakyat Jepang, kondisi negara tidak akan mampu untuk bertahan cukup lama dan kemampuan mempertahankan persisir pantai saja sudah diragukan. Sangat sulit melihat tentara yang setia dilucuti.., tetapi saatnya untuk menanggung apa yang tidak tertanggungkan. Saya menyetujui proposal untuk menerima proklamasi Sekutu (Potsdam) yang garis besarnya ada di menteri luar negeri" (sumber wikipedia)  ¤
30 tahun kemudian, apa yang dipikirkan oleh Hirohito menjadi kenyataan. 1945 Jepang menyerah kalah namun, di tahun 1970 Jepang sudah bisa memainkan peran sentral perdagangan dunia. Jepang tampil menjadi salah satu eksportir otomotif, elektronik dan tekhnologi. Melalui dunia pendidikan, guru-guru memegang peranan sentral dalam kemajuan Jepang pasca kalah perang di PD II. Jepang hancur lebur dan Jepang bangkit di masa Hirohito. Baik Jepang di Asia maupun sekutunya, German di Eropa, kedua negeri yang berbarengan mengalami kehancuran sehancur hancurnya tersebut kini malah menjadi deretan terdepan negera maju dunia. Tentu saja, yang menjadi ujung tombak keduanya adalah pembangunan sumber daya manusia melalui dunia pendidikan!
¤
Mengapresiasi reformasi pendidikan yang telah berlangsung di German dan Jepang, melecut Studen Job Indonesia untuk turut serta membangun dunia pendidikan nasional. Menurut data BPS 2015 angka pekerja Indonesia masih didominasi lulusan SD 54,6 juta orang dan SMP 21,5 juta orang. Bagaimanapun, majunya dunia pendidikan menjadi syarat paling utama dalam membawa bangsa Indonesia ke depan. Itulah sebabnya, Mendiknas Anis Baswedan berusaha mencanangkan WAJAR (wajib belajar) 12 tahun diseluruh pelosok Indonesia. Peranan WAJAR bukan hanya sebatas negara mampu memberikan pendidikan bagi anak didik semata tetapi, WAJAR harus bisa menutupi kekurangan tenaga guru handal di seluruh Indonesia. Sekaligus, WAJAR juga harus berhasil mengangkat kesejahteraan guru-guru, terutama tenaga pendidik honorer yang belum diangkat menjadi PNS. Bagaimanapun, kemajuan anak didik ada pada tenaga pendidiknya itu sendiri. Bila guru-guru masih pusing memikirkan nasibnya sendiri, bagaimana bisa mereka memberikan pendidikan yang terbaik bagi anak didik? Disamping personil, tak kalah pentingnya adalah WAJAR bisa menjadi jembatan atas pemenuhan prasarana dan sarana pendidikan yang merata dan maju.
¤
Memang membutuhkan upaya yang tidak sedikit agar terjadi pemerataan akses pendidikan di seluruh Indonesia. Semua stakeholders baik Pemerintah, DPR RI atau juga segenap rakyat haruslah bersinergi. Anggaran harus disiapkan dan terus ditingkatkan dari waktu ke waktu. Operator WAJAR juga harus bisa menjalin kerjasama dengan banyak kalangan, khususnya universitas dalam dan luar negeri, NGO dalam dan luar negeri yang bergerak dalam misi yang sama, agar tercipta basis-basis penempatan beasiswa bagi anak didik yang lulus WAJAR berkatagorie terbaik. Singkatnya, Wajar adalah program yang mewajibkan peranan pemerintah dan segenap elemen masyarakat untuk menyekolahkan gratis setiap putera puteri Indonesia mulai dari usia 7 tahun sampai 19 tahun.
¤
Ada harapan besar yang harus diemban generasi berikut, sebagaimana yang disampaikan oleh Annisa Purbandari, Co_Founder @idstudentjob beberapa waktu lalu (22 Nov 2015) dalam pertemuan dengan kalangan muda Netizen Ibukota pemerhati dunia pendidikan, "WAJAR 12 tahun dari usia 7th hingga 19th akan membawa gerbong generasi penerus siap menuju masyarakat global. Kedepan, tidak saja setiap individu peserta WAJAR hanya bermanfaat bagi diri dan keluarganya, tetapi putera puteri Indonesia hasil WAJAR seharusnya bisa bermanfaat bagi masyarakat internasional dalam berbagai bidang. Sebagai salah satu negara besar di Asia Pasifik, saat ini sebenarnya dunia tengah menunggu peranan dominan putera puteri Indonesia"
¤
******