Kemana Dokter 1000T Harus Mengadu?


PADAMU NEGERI KAMI BERJANJI...
PADAMU NEGERI KAMI BERBHAKTI...
PADAMU NEGERI KAMI MENGABDI...
BAGIMU NEGERI JIWA RAGA (ANAK-ANAK) KAMI...
¤
Tepat 12 November Indonesia merayakan Hari Kesehatan Nasional ke 51. Tepat 12 November juga diperingati sebagai Hari Ayah. Tepat 12 November ayah dari beberapa Dokter berkabung. Tepat 12 November Ikatan Dokter Indonesia berkabung. Seorang Dokter muda yang ditempatkan di daerah 4T (Terpencil Terasing Terluar Tertinggal) Indonesia telah dipanggil menghadap kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, gugur dalam tugas!
¤
Almarhum Dr. Dionisius Giri Samudra (Andra), Dokter Internsip penempatan RSUD Dobo Kep. Aru Maluku Tenggara, periode Mei Tahun 2015, GUGUR karena Encephalitis Post Morbilli akibat virus Campak di RS Dobo jam 18:16 WIT tanggal 11 November 2015. Beliau menyusul beberapa Dokter muda sejawatnya yang rupanya juga telah mengalami suratan serupa!
¤
Sebelum GUGUR, Dokter Andra selama satu minggu mengalami demam tinggi dengan trombosit yang mencapai sekitar 50.000, dan berakhir dengan penurunan kesadaran. Almarhum tak dapat ditangani secara cepat dan tepat karena infrastruktur medis yang sangat minim sehingga harus dirujuk ke rumah sakit yang lebih lengkap. Masalahnya, perjalanan menuju rumah sakit di Ambon butuh waktu hingga 3,5 jam dengan catatan adanya penerbangan yang sudah terjadwal sebelumnya dikarenakan, tidak selalu ada jadwal tetap penerbangan sebagaimana jadwal penerbangan rutin bandara kota-kota besar. Ironisnya, dr. Andra dikabarkan tak memiliki biaya evakuasi karena upahnya sebagai dokter internship hanya Rp 2,5 juta per bulan!
¤
Sebelumnya, 13 Mei 2015, Dr. Dhanny Elya Tangke (sumber sylvietanaga.com) yang bertugas sebagai Dokter PTT (Pegawai Tidak Tetap) di Distrik Oksibil dan Waime, Pegunungan Bintang, Provinsi Papua juga GUGUR di Rumah Sakit Abepura, Jayapura, Papua. Sebabnya adalah, malaria yang terlambat ditangani karena masalah minimnya infrastruktur, jarak yang jauh, dan kondisi cuaca yang tak mendukung. Juga Dokter Internship Ronald Sebastian, Gugur saat bertugas di Kutai Timur (Sumber SehatNegeriku). Begitu pula, almarhum Dokter Hilda Destuti (Sumber Kuansingterkini). Dokter-dokter muda itu, anak-anak muda kita itu, mereka dengan kejujurannya, kepolosannya dan semangatnya berjuang karena pengabdian pada negara, mereka sadar tidak sadar telah beterbangan menuju ke kubangan kematian!
¤
Dokter-dokter muda itu, anak-anak kita itu, mereka tidaklah setangguh penduduk yang memang dilahirkan dan dibesarkan disana. Penduduk asli daerah 4T otomatis lebih imun dan memiliki kemampuan adaptasi yang telah teruji bertahun-tahun, tetapi anak-anak kita? Dokter-dokter muda itu? Mereka dengan beraninya masuk ke dalam wilayah ASING TERPENCIL yang tak pernah terlintas sedetikpun dalam benak adanya keberanian diri kita untuk menjejakan kaki ditempat mereka pijak selama satu dua tahun! Namun.., mereka kini datang menghantui, menyergap, mengusik rasa bersalah kita. Menghakimi dada kita dan mejadikan kornea kita "sepasang kubangan air mata" karena, mereka GUGUR nun jauh disana tanpa uang, sanak dan saudara!
¤
Dokter muda baru lulus kuliah adalah anak-anak kita yang baru saja melewati masa remajanya. Semangat baja masih ada di dalam dada mereka, kita tahu itu! Tapi, Dokter-dokter muda itu bukanlah kelinci percobaan! Dokter-dokter muda itu tidak dilatih untuk masuk keluar hutan dan pelosok. Mereka tidak dilatih untuk hidup di alam yang masih terbilang perawan. Bukan bidang mereka turun naik gunung. Anak-anak itu bukanlah tentara yang memang dipersiapkan dan dididik untuk mengatasi segala kondisi medan yang ada diatas muka bumi ini!
¤
Dokter Nanisa dari RS Bunda Cikini boleh meradang, IDI (Ikatan Dokter Indonesia) boleh berduka dan keluarga yang ditinggalkan boleh berkabung, lalu.., apakah kita masih harus memaksa Dokter-dokter muda baru lulus kuliah minim pengalaman, bekerja di daerah 4T dengan kondisi sarana penunjang dan fasilitas medis super minim pula!? Dimana EVAKUASI pun sulit dan mahal dilakukan, bahkan tidak terjangkau oleh gaji mereka yang dibawah standart itu! Sementara Dokter-dokter yang lebih senior, lebih kaya dengan pengalaman, lebih mampu mengatasi permasalahan yang timbul, malah bekerja di jantung kota-kota besar dan ditunjang dengan segala fasilitas medis ultra modern, apa ini bukan logika terbalik!?
¤
Hari ini, Jum'at 13 November 2015 jenaxah Dokter Andra akan tiba di rumah duka, rumah orang tua sang PAHLAWAN MUDA itu, Pamulang Indah jl.Cempaka b6 no. 5 Komplek Mahkamah Agung Tanggerang Selatan. Dokter muda sudah berguguran.., tetapi program tenaga kesehatan di wilayah 4T tetap harus dilanjutkan! Rakyat dimanapun butuh medis butuh Dokter!
¤
Kita semua menunggu dan mendukung peran IDI untuk menyuarakan perubahan juga perbaikan SOP tenaga medis yang dikirim ke wilayah 4T. IDI harus mampu mendobrak tiap pemangku kebijakan penyelenggaraan negara khususnya, Kepresidenan dan DPR RI. Jangan sampai Dokter 4T tidak punya tempat mengadu! Jangan sampai 4T menjadi 1000T, Terpencil, Tertinggal, Terluar, Terasing, Terisolir, Termiskin, Terancam, Terjangkit, Terlupakan, Tertindas dan ...900san Ter Ter lain dan T yang ke 1000nya adalah Tewas! Saatnya IDI bicara #SaveDokter
¤
Gugur bungaku di taman bhakti
Di haribaan pertiwi
Harum semerbak menambah sari
Tanah air jaya sakti
Telah gugur pahlawanku
Tunai sudah janji bhakti....
¤
Selamat jalan Dokter...
Menghadaplah kepada Yang Maha Kasih...
Menghadaplah dengan bangga...
Kelak...
Dihadapan SinggasanaNya...
Kami semua yang kamu tinggalkan.. Sedia menjadi saksi atas jalanmu...
#selamatjalandokterandra
¤