QZ 8501 "MARTIR TERAKHIR!"

keepupwithmrsjones.com
keepupwithmrsjones.com
Menyusul musibah banjir, topan, erupsi gunung berapi, kebakaran dan longsor pada banyak tempat di Indonesia, kecelakaan pesawat Air Asia QZ 8501 menutup tahun 2014. Indonesia tak henti dirundung duka, terlebih di awal tahun 2015 ini tak satupun penumpang Air Asia QZ 8501 diketemukan selamat.
Bukan maksud berjaya diatas derita. Pasca petaka, kerja keras dari BASARNAS memang layak panen pujian ditengah tangis, kesedihan, kekecewaan dan keprihatinan. OPERASI PENCARIAN memang dapat dikatakan berhasil tapi bagaimanakah dengan OPERASI PENYELAMATAN KECELAKAAN UDARA?
Mengapa tak satupun dapat diselamatkan?  Mengapa harus menunggu keterangan pers terlebih dahulu baru bergerak mencari setelah berjam-jam kehilangan kontak bahkan sampai hari telah berganti?  Bukankah mustahil setelah berjam-jam kehilangan kontak, pesawat masih bisa ditemukan dalam keadaan selamat tak celaka?  Mengapa navigator bukan hanya gagal mendeteksi cuaca buruk tetapi juga gagal mendeteksi keberadaan pesawat, bukankah GPS bahkan bisa menentukan titik kecil lokasi terjadinya kecelakaan sepeda motor?
Mengapa tak terlihat satupun pelampung QZ 8501 yang terapung?  QZ 8501, masih ada 1000 pertanyaan lengkap dengan sejuta sesal tapi tak butuh satupun jawaban hanya perlu beberapa perbaikan!  Sebagai awam dunia penerbangan, kecuali hanyalah sebagai pengguna layanan transportasi udara belaka, demi keselamatan penumpang udara dikemudian hari, penulis beropini :
1. Tak perlu menunggu keterangan pers, ketika pesawat hilang kontak, dengan dana negara yang dapat dipertanggungjawabkan belakangan, BASARNAS berwenang segera mencari pada menit pertama selama 7 hari meski tanpa perintah siapapun dan BASARNAS juga berhak memerintahkan instansi negara manapun untuk menggerakan alat-alat pencarian/penyelamatan yang dimilikinya. Instansi yang berani menolak perintah BASARNAS dapat diajukan kedepan peradilan HAM.
2. Tak peduli secanggih apapun bagasi pelampung otomatis yang tersedia selama ini, setiap penumpang ketika memasuki pintu pesawat wajib langsung dikenakan pelampung yang mudah untuk digelembungkannya sendiri ketika keadaan darurat dan setelah mendarat dengan selamat pelampung wajib dikembalikan.
3. Perlunya radar dan layar monitor cuaca disetiap menara ATC.
4. Perlunya monitor GPS yang memantau setiap route keberadaan pesawat full time.
5. Pada setiap menara ATC, Perlunya keberadaan personil BASARNAS yang berhak mengontak Kepala BASARNAS 24 jam.
6. Pemandu route tidak boleh memandu lebih dari 5 pesawat dalam satu waktu.
7. Setiap pergerakan pesawat dalam wilayah NKRI, radar militer wajib mengetahui secara detil dan pasti tanpa out of service sedetikpun.
QZ 8501 adalah martir terakhir. Harapan penulis, semoga para petinggi negeri memiliki opini lebih bagus lagi daripada opini penulis sendiri demi kemanusiaan dikemudian hari.